Dari yang Tersembunyi


Corona atau covid-19 merupakan momok yang paling hangat di perbincangkan manusia di dunia. Tak ada yang tahu pasti mengapa tiba-tiba dunia menjadi kewalahan akibat mikroba ini bahkan di gadang-gadang sebagai virus dengan bahaya tingkat kelas dua dunia. Atas dasar ini, sehingga saya berpikir untuk menghadirkan tulisan  ini agar dapat layak di baca  teman-teman sekalian. 

Saya tekankan bahwa saya bukanlah seorang penulis handal, yang mampu mempengaruhi pembaca dengan permainan diksinya.  Tulisan ini hadir sebagai bentuk keresahan apa yang saya rasa, serta ke kalutan apa yang saya terima saat Corona mulai mewabah di Indonesia. Manusia  percaya bahwa mati di tangan Sang Pemberi Hidup, Saya pun percaya demikian bahwa bila tiba waktunya nanti  ada tidaknya Corona semua akan mati. 

Dari tulisan saya dengan judul Dari yang tersembunyi, tersembunyi yang di maksud adalah apa yang tidak terlihat oleh indrawi. Covid-19 adalah virus yang tidak bisa terlihat tanpa bantuan "Mikroskop" sehingga sifatnya tersembunyi. 

Keresahan yang saya terima bermula saat saya sedang mengalami batuk. Streo type masyarakat yang menyebutkan bahwa batuk adalah Covid -19, dan kita di larang untuk berinteraksi satu sama lain. Kewajiban untuk menggunakan masker saat pandemi ini, sedangkan harga masker sekali pakai pada saat itu tidaklah murah. Saya marah dengan pelaku penimbun masker, saya marah pada pelaku yang batu terhadap aturan pemerintah untuk tidak berkeliaran. Bukankah itu adalah naluri kebinatangan yang membinasakah. Tolonglah, batuk belum tentu Covid-19, bersin belum tentu Covid 19 dan jika sakitpun belum tentu Covid-19. 

Sekali lagi saya tekankan bahwa saya bukanlah penulis handal yang mampu menpengaruhi pembaca dengan permainan diksinya. Dulunya sakit apapun dapat kita prediksi penyebabnya, tapi tidak dengan Covid-19 manusia dapat terinveksi tanpa adanya gejala yang di rasakan. Jadi jangan heran ada berapa manusia yang terinfeksi virus ini dalam keadaan Carrier. 

Virus Corona memang tidak pandang bulu dalam menginfeksi manusia, pejabat, artis, bayi, remaja, lansia, bahkan binatangpun pernah menjadi sasarannya. Anjuran pemerintah untuk stay at home agar memutus mata rantai Covid-19 tidak berlaku untuk masyarakat kelas bawah, mereka di tuntut untuk work from home sedangkan kebutuhan mereka berada di luar sana. Tugas mencari nafkah agar tak mati kelaparan justru di perdaya oleh statement salah satu manusia yang mengatakan "Orang miskin harus melindungi yang kaya agar tidak tertular penyakitnya" saya tegaskan sekali lagi,  orang miskin mana yang mampu keluar negeri? Orang miskin mana yang mampu menimbun masker? Orang miskin mana yang mampu membeli sembako besar-besaran? 
Manusia  kelimpungan melawan Corona, dunia melawan Corona,tenaga medis melawan Corona,  mari sama-sama melawan Corona. Saya menulis tulisan ini untuk mempertegas bahwa dunia sekarang sedang dalam keadaan  tidak baik-baik saja. Si kaya melindungi si miskin agar tetap hidup. Saya dan kalian tetap stay at home dan work from home. Karena bila tiba waktunya nanti semua akan menjadi baik-baik saja.


Penulis: Vj

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BACA ke XV HPPMI Maros Kom UIN Alauddin Makassar

MILAD 13 thn HPPMI Maros Kom.UIN Alauddin Makassar

"Pendidikan di atas kasur, karena hasrat atau diperkosa"?